magzEnd

Antara harapan dan pengalaman dalam hidup seorang revolusioner.

Tangan Ani hilang…(Bag.2)

Cerita sebelumnya…
Setelah mengetahui kenyataan bahwa tangan anak mereka harus di amputasi, mereka hanya terduduk lemas, tak habis fikir dampak atas perbuatannya akan berakhir seperti ini. Kini hanya penyesalan yang mereka dapatkan, mencoba berharap untuk dapat mengulang waktu tapi nasi telah menjadi bubur, mereka hanya dapat pasrah dan menyerahkan semua ini kepada Tuhan yang maha kuasa.

Berjalan menyusuri lorong rumah sakit terasa begitu berat… beraaaat… sekali…, hingga akhirnya mereka tiba di depan kamar anaknya. dari dalam kamar terdengar suara Ani yang seperti setengah menggumam, ternyata ia mengigau… mengigau meminta maaf akan perbuatan bandelnya…

Ani: mmmhhhm paaahh… ma affin anni paaah…, maaahh… ma affin anni maaah…

Sekali lagi mereka menangis sedalam-dalamnya, puncaknya di saat sela-sela tangisan mereka, mereka melihat ada beberapa suster yang yang datang, dua orang suster masuk ke kamar dan satu orang menghampiri mereka dengan membawa selembaran kertas yang berisi persetujuan akan jalan pengobatan yang diambil (persetujuan amputasi dari pihak keluarga…).

Dengan berat hati, mereka menandatangani surat itu dan berkata “Sus tidakkah ada cara lain…?”. Hari pun berganti, sudah dua hari penuh Ani dirawat di ruangan khusus tanpa sadar dengan apa yang terjadi pada dirinya, ia hanya tertidur-tertidur dalam ketidak sadarannya, sampai akhirnya…

Sampai akhirnya Ani terbangun dan ia melihat kedua tangannya telah terbalut kain putih, dan lebih kaget lagi ketika Ani melihat kedua orangtuanya dan Bi Dar menagis di sampingnya…

Sambil menahan rasa sakit Ani berkata pada orang tuanya

Ani : maaahhh…, paaaaahhh…, Ani engga akan melakukannya lagiii… Ani sayang sama mamah sama papah… Ani minta ampun karena sudah mencoret-coret tembok rumah papah…

Ayah: …(Semakin menagis mendengar perkatan polos yang keluar dari mulut anaknya itu…)

Ani: Paaahhh… sekarang tolong kembaliin tangan Ani Paaahh… untuk apa di ambil paaahhh…. Ani janji engga akan mengulanginya lagi, Bagaimana nanti klo Ani mau main sama temen-temen tapi tangan Ani sudah di ambil papaaahhh…??? Maaaahhh tolong kembaliin, Ani pinjam sebentaaaar…aja, Ani mau menyalami Papah, Mama dan Bi Dar untuk minta maaf…

Kini hanya penyesalanlah teman yang paling baik untuk mereka...

Alangkah indah dan bijaknya jika kita bisa memahami keinginan anak-anak kita, tapi bukan anak yang mencoba mengerti keinginan kita.

Semoga bermanfaat, dan kita bisa mengambil hikmahnya.
Salam beloger untuk INDONESIA.

2 comments:

  1. antwa
    Said

    gravatar

    gila.....ngikutin ceritanya jadi sedih...anak masih kecil tapi dah kehilangan masa depanya akibat kehilangan tanganya gara-gara hal yang sepele. hiks.hiks

    6 Agustus 2009 pukul 09.35
  2. Anonim
    Said

    gravatar

    bagus juga ni cerita... g da komunikasi yang baik antara orangtua sama anak.. kasian anaknya yang jarang ngumpul sama keluarganya,. jd kurang kasih sayang.. andai aja orang tuanya ngasih fasilitas buat anak ngembangin bakatnya, pasti ga akan ky gini.. ini bukan keinginan orang tua tangan anaknya di amputasi, melainkan misscommunication antara orang tua dan anak..

    7 Agustus 2009 pukul 08.58

Posting Komentar

Terimakasih Atas Komentar dan Kunjungannya